Nama saya Taufiq Fitriansyah. Tapi biasa dipanggil Rian atau Ian. Saya lahir di Jakarta pada tanggal 28 Maret 1993. ibu saya beradat Minang sedangkan ayah saya beradat Jawa. Saya sempat bingung juga ketika memilih mau mengikut adat yang mana? Tapi karena saya lihat beberapa hal yang membuat saya tertarik, dan beberapa hal yang membuat saya benci, saya memilih untuk mengikuti adat Minang. Bahasa Minang cukup menarik juga rupanya. Walaupun bukan berarti bahasa Jawa tidak.
Saya termasuk orang yang tidak beruntung, meskipun saya terlahir dengan sehat dan tubuh yang sempurna. Saya tidak beruntung karena dari kecil saya tidak mempunyai teman. Saya rasa cara saya dalam mencari teman bukanlah menjadi penyebab itu semua. Tapi karena tubuh saya yang lebih besar dari anak sebaya saya, saya jadi ditakuti. Dari dulu saya sengaja untuk mengalah dengan cara membiarkan diri saya dihina atau bahkan bersikap seperti anak yang cacat mental agar dapat berteman dengan anak sebaya saya. Memang menyedihkan, tapi inilah hidup. Terkadang kita harus berkorban untuk sesuatu yang sangat kita inginkan. Tapi saya percaya bahwa ini merupakan cobaan dari Allah untuk saya agar saya dapat mengambil hikmah dari itu semua, menganalisisnya, dan kemudian memutar balikkan keadaan itu. Sampai sekarang saya hanya bisa bersabar.
Saat saya di sekolah dasar, saya merupakan anak yang lumayan cerdas. Tapi berkat itulah saya disenangi oleh teman sekelas saya. Karena setiap harinya pasti ada pekerjaan rumah yang teman teman sekelas saya malas untuk mengerjakannya. Saya memang tidak pandai bermain sepak bola. Karena iitu ketika diajak bermain, saya lebih memilih untuk menempati posisi yang mudah. Seperti penjaga gawang yang tugasnya menyingkirkan bola dari daerah gawang. Atau posisi bertahan yang biasa saya kerjakan dengan membuang bola dari daerah sendiri, tidak peduli ke arah mana bola itu akan pergi.
Di SMP saya merasa menjalani hidup seperti di novel Harry Potter. Saat saya kelas 1 saya merasa seperti Harry Potter di tahun ke 2 di sekolahnya. Banyak kejadian yang saya sendiri tidak mengira akan terjadi. Tetapi itu pasti terjadi. Diantaranya saya dipilih mengikuti olimpiade IPA, dan juga saya bukanlah satu-satunya anak yang minder di kelas. Banyak anak yang seperti saya. Sehingga saya bisa membuat suatu komunitas dengan mereka. Hahaha.
Kelas 2, saya merasa menjalani hidup seperti Harry Potter di tahun ke 3 di sekolahnya. Saat ini saya mulai merasakan gejolak anak muda, yaitu jatuh cinta. Saya ingat gadis yang pertama kali membuat saya terpikat. Dia adalah remaja yang pintar, cantik, dan juga taat menjalankan syariat Islam. Saya merasa dia begitu sempurna. Teman saya sering kali berusaha membantu saya. Tapi saya merasa bisa menangani ini sendiri. Apakah pilihan saya ini benar? Tidak. Ternyata sosialisasinya terhadap orang lain begitu buruk. Dia suka mempermainkan orang dengan tidak peduli kepada orang yang dia tau suka padanya. Bahkan lebih buruknya dia memprovokasi seluruh kelas untuk menyingkirkan saya. Tapi beberapa teman saya tidak percaya begitu saja. Mereka memang teman terbaik yang saya miliki. Saya merasa sangat depresi pada tahun itu. Bukan karena saya mengetahui bahwa dia tidak peduli, melainkan saya depresi karena disingkirkan oleh semua orang. Nilai saya menjadi hancur, kesehatan saya menurun dan juga hidup saya menjadi tidak teratur. Beberapa teman saya yang tidak percaya provokasi gadis tersebut sering sekali menghibur saya. Hingga suatu saat saya diperkenalkan dengan permainan ponsel “Worms Forts 3D”. Sejak saat itu saya suka sekali dengan permainan itu. Permainan itu juga mengubah pikiran saya untuk tidak peduli lagi dengan urusan percintaan dan memandang dingin masalah percintaan. Mungkin sampai sungguh tiba saatnya ada seseorang yang bisa membuat saya tidak bisa menahan prinsip itu. Kehidupan saya menjadi lebih baik setelah saya mengenal permainan “Worms Forts 3D”. Saya jadi suka sekali dengan game. Apa saja.
Tahun ke 3 saya di SMP persis sekali dengan Harry Potter di tahun ke 4 di sekolahnya. This year is time for game! Permainan kartu Yugi-Oh menjadi musim tahun ini. Bahkan sering diadakan turnamen antar kelas (walau ini tidak resmi diizinkan sekolah) dengan hadiah yang beragam. Mulai dari satu pak kartu sampai sejumlah uang yang disediakan panitia. Ada beberapa kandidat yang terkuat dalam game ini. Reza, Bima, Pratih, Mr.Mnir, dan juga saya. Saya menganggap tahun ini luar biasa. Bukan karena saya termasuk kandidat yang kuat, melainkan karena semua orang percaya pada saya lagi. Semua orang mengubah pandangan mereka kepada saya. Saya sangat sangat sangat bahagia. Hidup saya kembali teratur, kesehatan saya pun kembali normal, dan nilai saya perlahan membaik. Saya merasa siap untuk menghadapi Ujian Nasional pada tahun ini. Dan memang pada kejadiannya nilai Ujian Nasional saya tidaklah begitu buruk. Saya masih dapat diterima di SMA Negeri. Yaitu SMAN 42 yang menyandang predikat sekolah terbersih se-Indonesia.
Kelas 1 SMA. Tahun yang sulit menurut saya. Mungkin karena saya sedang menjalaninya. Di tahun ini kehidupan seperti serba-menunggu-giliran. Sesaat kita menjadi pusat perhatian di kelas dan dikelilingi banyak orang, sesaat tidak. Sejujurnya saya sangat senang jika dikelilingi banyak orang. Karena sejak kecil saya tidak mempunyai teman. Saya selalu sendiri. Tapi kehidupan adalah waktu yang mengalir. Keadaan itu berbalik. Sekarang giliran saya yang mengikut ke arah mana orang orang memihak. Cukup sulit memang, tapi dengan sabar dan tawakal saya yakin saya mampu menjalani semua perubahan yang akan terjadi yang mungkin akan menyakiti hati saya. Harapan saya hanya satu, semoga kebersamaan kami ini tidak akan luntur sampai kapanpun. Sebab saya sangat takut kehilangan orang orang yang sangat berharga bagi saya.
:)
:-p
:peace:
:ups:
:D
:army:
:berduka:
:capede:
:hammer:
:maho:
:malu:
:najis:
-_-
:'(
:takut:
:marah:
:thumbdown:
:kucing:
<3
:heartbreak:
:cendol:
:confused:
:kiss:
:cool:
:jempol:
:matabelo:
:lol: